Pola Triple Top dan Triple Bottom

Pergerakan harga suatu instrumen keuangan seringkali membentuk pola tertentu. Meskipun harus disertai dengan indikator teknikal lainnya, pola ini seringkali mengindikasikan perubahan kondisi pasar dan dapat secara akurat membantu trader memprediksi tren harga di masa mendatang.

Salah satu pola harga tersebut adalah pola triple top dan triple bottom. Cari tahu apa itu pola triple top dan triple bottom serta apa saja tanda-tandanya dengan membaca artikel berikut ini:

rangkap tiga

Seperti namanya, pola triple top atau pola triple top adalah pola yang terdiri dari puncak harga dengan nilai yang hampir sama dan muncul secara berurutan. Pola ini biasanya terletak setelah tren naik dan menunjukkan perubahan trend harga dari bullish menjadi bearish.

Terbentuknya pola triple top menandakan bahwa pembeli (bull) tidak dapat lagi mendorong harga lebih tinggi, sehingga kenaikan harga hanya terbatas pada titik harga tertinggi sebelumnya. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika puncak ketiga ditembus atau dicapai, terjadi penurunan volume perdagangan yang signifikan, karena aset tersebut tidak dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi.

Penurunan harga juga disebabkan karena para trader yang sebelumnya membeli aset tersebut akhirnya menjualnya lagi untuk mengurangi kemungkinan kerugian (cut loss). Akibatnya, tekanan jual terus meningkat, dan tidak jarang penurunan harga ini lebih rendah dari harga terendah sebelumnya.

Untuk lebih memahami hal ini, Anda dapat melihat gambar berikut:

Sumber: stockchart.com

Pada contoh di atas, Anda dapat melihat bahwa puncak 1, 2, dan 3 berada pada tingkat harga yang kurang lebih sama. Kemudian, setelah mencapai puncak angka 3, harga terus turun bahkan menembus garis support (merah tanpa angka).

Pola harga ini mirip dengan pola double top dan double bottom. Perbedaannya terletak pada jumlah peak dan trough yaitu 3. Hal ini membuat pola ini lebih sulit ditemukan di pasar, namun relatif lebih akurat dibandingkan dengan double top.

Menurut beberapa data, model ini dapat terbentuk dalam tren jangka menengah (3 atau 4 bulan). Semakin lama pola triple top dan triple bottom terbentuk, semakin kuat indikasi bahwa kehadiran kedua pola harga ini akan menandakan pembalikan arah.

tiga dasar

Kebalikan dari pola triple top adalah triple bottom. Dalam pola ini, harga aset tidak bisa lagi turun, sehingga membuat titik terendah yang sama sebanyak 3 kali. Hal ini dikarenakan seller atau bears tidak dapat menekan harga lebih rendah lagi karena tekanan dari buyer (bull) semakin kuat.

Jika pola ini terbentuk setelah tren bearish, maka kemungkinan besar triple bottom mengindikasikan pembalikan tren harga. Sama halnya dengan triple top, volume perdagangan juga akan menurun seiring dengan terbentuknya kurva ini. Untuk lebih memahami hal ini, Anda dapat melihat gambar chart berikut ini:

Sumber: Investopedia

Pada contoh di atas, Anda dapat melihat bahwa harga aset secara konsisten menyentuh posisi terendah yang hampir sama setelah munculnya tren bearish yang kuat. Ketika harga mencapai dasar pertama, itu mungkin karena fluktuasi harga reguler, tetapi ketika hal yang sama terjadi dua atau bahkan tiga kali, itu berarti beruang mulai kehilangan kendali atas pasar dan banteng mulai mengambil alih. .

Cara trading menggunakan triple top dan triple bottom

Sebelum membahas cara menggunakannya, Anda harus terlebih dahulu mempelajari cara mengidentifikasi pembentukan pola ini. Langkah pertama untuk mengidentifikasi triple top dan bottom adalah tren kuat sebelumnya, triple top setelah tren bullish, dan triple bottom setelah tren bearish.

Langkah kedua adalah menggambar garis resistance dan support yang menghubungkan area antara tiga titik. Dengan cara ini Anda akan mengetahui nilai harga tertinggi dan terendah selama reli tren ini.

1. Pilih target laba yang sesuai

Saat Anda memperkirakan akan muncul pola triple top, Anda bisa mengambil langkah dengan menggunakan teknik short selling. Sebaliknya, jika pola triple bottom terjadi, Anda bisa melakukan long. Terlepas dari posisi mana yang Anda pilih, Anda harus menentukan target keuntungan yang sesuai.

Anda bisa mendapatkan target profit ini dengan menambahkan selisih antara harga tertinggi dan terendah dengan harga tertinggi. Misalnya, harga terendah suatu aset selama periode waktu tertentu adalah Rp10.000 dan harga tertinggi (potential breakout) adalah Rp12.000. Jadi target profit yang bisa anda ambil adalah Rp 12.000 ditambah Rp 12.000 – Rp 10.000 yaitu Rp 2.000. Artinya, Anda bisa menjual kembali aset tersebut dan mendapat untung saat harganya mencapai Rp 14.000.

2. Beli Pelarian

Salah satu masalah dalam memperdagangkan pola ini adalah adanya ketidakpastian apakah pola triple ini akan terbentuk atau apakah harga akan langsung berbalik arah hanya dengan pola double. Jadi alih-alih menggunakan strategi membeli pada kelemahan (Busur).

Tentunya akan lebih baik jika Anda baru membuka posisi beli atau jual saat breakout terjadi (beli saat breakout). Namun kelemahan dari strategi ini adalah potensi keuntungan yang bisa Anda dapatkan juga akan semakin sedikit.

3. Perhatikan volumenya

Seperti disebutkan di atas, ketika model ini terbentuk, penurunan volume perdagangan akan terlihat. Misalnya, dalam triple top, volume perdagangan akan berkurang karena pembeli atau pembeli tidak dapat lagi membeli aset dengan harga yang lebih tinggi.

Sebaliknya, penurunan volume perdagangan terjadi karena seller atau seller atau bears tidak mau menjual asetnya dengan harga yang lebih rendah. Jika selama proses pembentukan Anda menemukan bahwa volume perdagangan masih tinggi secara konsisten, ini mungkin berarti terlepas dari fluktuasi harga, minat pembeli dan penjual dalam memperdagangkan aset ini masih tinggi.

4. Penggunaan indikator teknikal lainnya

Baik pola triple top maupun pola triple bottom indikator tertinggal atau indikator yang idealnya terbentuk ketika perubahan harga yang mendukung pembentukan pola harga telah terjadi. Ini sering menyebabkan pedagang terlambat membuat keputusan yang diperlukan.

Untuk mengatasinya, Anda bisa menggunakan indikator teknikal lain yang bisa mengukur tingkat volatilitas, volume trading, dan sebagainya. Dengan adanya indikator ini, Anda setidaknya akan mengetahui apakah pola ini akan terbentuk atau tidak sebelum pola tersebut benar-benar terbentuk.

Meski akurasinya tinggi, kedua pola ini memiliki kekurangan yaitu rasio risk-to-reward yang relatif sama. Artinya, jika potensi profit trading Anda 2, maka potensi loss Anda juga 2. Oleh karena itu, Anda tetap harus memilih titik stop loss yang tepat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *